TPA Mendidik Saya Lebih Bermanfaat

  • April 28, 2022
  • By sarahmtv.blogapot.com
  • 1 Comments

"Sebutkan rukun Islam yang pertama?"

"Syahadat!"

"Sebutkan rukun Islam yang kedua?"

"Shalat!"

"Yang ketiga?"

"Berpuasa"

"Yang keempat?"

"Bayar Zakat"

"Yang kelima?"

"Pergi Haji naik pesawat ngeng ngeeengg!"


Sore itu, tepatnya pada puasa hari ketiga, saya mengajak belasan anak-anak untuk menyegarkan memori mereka kembali akan rukun Islam yang berjumlah lima. Mereka adalah para santriwan-santriwati TPA Masjid Jami' Pertiwi, Gendingan, Kota Yogyakarta, yang terlihat semangat sekali jika diajak tepuk ala TPA sebelum berdoa.

Ramadhan di tahun 2022 ini nampak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena di masjid sudah diperbolehkan untuk melakukan kegiatan TPA, walau protokol kesehatan harus lah tetap dijaga. Khusus pada bulan Ramadhan ini pula, anak-anak mengikuti aktivitas TPA setiap harinya dan ikut pengajian berbuka bersama.

Berbuka bersama jama'ah bapak-bapak
Dok: pribadi

Setiap sore hari selalu saja ada keriuhan, candaan, celotehan bahkan peristiwa tak terduga dan mengejutkan saya sebagai salah satu pengajar di sana. Saya merasakan sekali 30 hari jadi manfaat bersama mereka dan mungkin momen-momen seperti inilah yang paling saya rindukan nantinya.

Sembari menunggu namanya dipanggil untuk TPA, anak-anak bebas bermain, mengeksplorasi seluruh masjid (terkecuali ruang shalat, dimana ada beberapa santri Ma'had Tahfiz sedang hafalan Qur'an di dalamnya) maupun bermain perosotan yang terbuat dari semen dan pasir dan lokasinya berada di halaman.

Agar anak-anak tidak bosan, kegiatan TPA diselingi acara Berkisah pada Ramadhan hari kelima. Dengan mendatangkan salah seorang Pengkisah atau Storyteller asal Jogja, kak Aris namanya.

Duduk rapi mendengarkan kisah (foto: dokumentasi TPA Pertiwi)


"Nanti kalau acaranya sudah dimulai, ojo mlaku-mlaku (jangan jalan-jalan), ojo mlayu-mlayu (jangan lari-lari) mrono merene (ke sana kemari) loh yooo. Dengarkan kak Aris cerita baik-baik karena nanti kuis berhadiahnya terkait apa yang beliau sampaikan," pesan saya pada puluhan anak-anak yang sudah hadir lebih awal sore itu.

Saat kak Aris memulai kisahnya, anak-anak terdiam dan nampak khusyu' seketika. Saya pun ikut takjub dibuatnya. Cara berkisah kak Aris melalui nyanyian, gerakan dan candaan seakan mampu menghipnotis siapapun yang mendengar kisahnya, termasuk beberapa orangtua yang hadir ketika acara.


Tak Sekadar Mengajar

Sebagai salah satu alumni TPA, guru-guru TPA saya dahulu bukan hanya sekadar mengajar namun mendidik juga. Mereka mengamalkan bagaimana mendidik itu ternyata bisa membuat kita bermanfaat untuk sesama. 

Cara mendidik mereka yang menyenangkan dan berkesan juga membekas dalam memori anak-anak saya. Lagipula kalau seorang Guru atau ustadz-ustadzah hanya sekadar mengajar, maka Setan pun mampu melakukannya.

Serunya melakukan aktivitas TPA!
Dok : pribadi

Misalnya saja, dalam hadits riwayat Bukhari nomor 2311, salah seorang sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam Abu Hurairah radhiyallahu'anhu pernah diajari Setan jika hendak tidur untuk membaca ayat kursi agar para Setan tidak mengganggunya. (rumaysho.com)

Meski Setan bisa mengajari manusia tapi Setan tidak bisa mendidik, memberikan keteladanan apalagi menuntun manusia pada jalan kebenaran karena tugas terbesar Setan sejak Nabi Adam 'alayhissalam ialah menyesatkan.

Oleh karenanya saya tak pernah bosan-bosannya mengingatkan para santri yang perempuan agar mereka memakai celana panjang saat memakai gamis plus mengapresiasi jika ada yang sudah memakainya.

Si kembar Azka dan Shafa,
Serupa tapi tak sama
Dok: pribadi


Bukan hanya mencegah terjadinya pelecehan, namun yang lebih penting lagi ialah membudayakan rasa malu saat aurat mereka kelihatan. Tentu saya memperlihatkan pada mereka (para santri perempuan) bahwa saya sebagai Guru mereka memakai celana panjang juga.

Kemudian masih terkait pendidikan soal aurat, saya juga tak segan menegur dan kerapkali mewajibkan mereka untuk memakai bawahan mukena saat mengaji TPA jika pakaian mereka belum memenuhi standar syariat-Nya, termasuk jika celana panjang yang mereka kenakan ada bolong dimana-mana.

Ada adab yang harus mereka penuhi pula saat akan mengaji TPA, tidak hanya kepada guru-gurunya melainkan kepada Allah juga. Karena suatu saat mereka akan beralih ke kitab suci-Nya, karena kelak salah satu dari mereka akan menggantikan saya.

Selain itu, kalimat-kalimat thayyibah seringkali langsung saya ekspresikan di depan mereka, dengan harapan agar pelan-pelan menjadi suatu kebiasaan, dengan harapan agar kata-kata kasar perlahan menjadi tergantikan. Karenanya agar pendidikan yang saya terapkan melampaui kebermanfaatan, bahkan bernilai kebaikan, maka saya sering mengambil wudhu terlebih dulu sebelum memulai pendidikan.

Berfoto bersama beberapa santri TPA.
Dok: pribadi


Sungguh bersyukur rasanya TPA mendidik 30 hari saya jadi lebih manfaat, merasakan langsung berbagi ilmu pada masyarakat, walau di sisi lain tantangan-tantangan dan tanggungjawabnya berat.




“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”

You Might Also Like

1 komentar