Menulis Naskah Feature si Gaya Tulis Populer
- Juli 22, 2018
- By sarahmtv.blogapot.com
- 0 Comments
Feature mengangkat human interest. [ayalamuseum.org] |
Yup! Jika teman-teman suka nonton
tv, terutama suatu program acara, baik tayangannya itu pendek maupun panjang,
baik disiarkan secara langsung atau rekaman, maka program tersebut tidak akan
bisa lepas dari yang namanya Script atau Naskah.
Ibarat mau masak yang bumbu-bumbunya
harus ada dan siap terlebih dulu, nah begitu pula suatu program televisi.
Naskah dan feature ialah dua bumbu masak paling penting dalam suatu program
acara Tv yang mengangkat sisi human interest. Tanpa adanya mereka, maka program
acara Tv tidak akan bisa tayang, tidak akan pernah ada.
Feature itu tulisan pakai bumbu. [grammarly.com] |
Naskah atau script televisi juga
bermacam-macam gayanya, ada yang hard dan straight seperti program berita atau
reportase dan soft kaya feature. Kebanyakan program televisi apalagi yang
didramatisasi dan harus menimbulkan rasa iba maupun sedih pada para penonton
pasti pakai gaya feature, salah satu contohnya ialah tayangan Orang
Pinggiran-nya Trans 7 dan sejenisnya.
Begitu pula dengan sastra, karena
tulisan maupun karangan fiksi pasti tidak akan hidup, mengena di hati pembaca
dan mengaduk-aduk emosi tanpa ada unsur atau konten feature. Jadi semoga
tulisan saya ini bisa teman-teman ambil manfaatnya untuk nulis sastra kelak
ya!.
Lalu bagaimana saya bisa menjadi
seorang penulis naskah feature? Alhamdulillah karena networking atau bahasa
kerennya buah dari menjaga silaturahmi. Seorang teman saya yang bekerja di
sebuah stasiun televisi swasta pada saat itu menawarkan saya jika produsernya
sedang mencari penulis naskah lepas untuk dua program acara Islam.
Menemukan rezeki dari silaturahmi. [eurobusinessmedia.com] |
Beberapa kriterianya saat itu bisa
menulis feature, punya pengetahuan yang luas mengenai keislaman: hadis, fikih,
tafsir dan sejenisnya, lebih baik lagi jika si calon penulis naskah merupakan
alumni perguruan tinggi Islam. Jadi teman-teman yang saat ini sedang mencari
peluang apapun, jangan pernah remehkan kekuatan networking ya! ;).
Saya yang waktu itu baru tiga bulan
lulus dari sebuah kampus perguruan tinggi Muhammadiyah langsung menyambut baik
tawaran sekaligus peluang tersebut, apalagi pekerjaan saya sebelum lanjut
kuliah ialah Wartawan di sebuah media Islam nasional dan pernah beberapa kali
menulis berita feature.
Walau sampai sekarang saya masih
harus belajar dan terus belajar, karena saya akui nulis feature memang butuh
tenaga ekstra, sebab ia mesti melibatkan emosi penulis dalam tulisannya dan
mengisahkan hasil pengamatannya tersebut.
Quotes keren tentang terus belajar [pinterest.com] |
Setelah saya jalani, menjadi penulis
naskah feature itu susah sekaligus mudah, namun menyenangkan. Mudahnya saat
saya menguasai benar tema naskah yang produser berikan dan tak perlu sampai
riset kecil-kecilan.
Susahnya saat produser memberikan
tema yang ternyata butuh penelitian dan itu harus selesai hanya dalam waktu
sehari saja saking ketat deadlinenya, karena program yang saya tulis akan
tayang besoknya atau dua hari berikutnya.
Sebelum mulai menulis naskah
feature, saya di briefing dulu oleh beberapa produser saya. Setelah dibriefing
soal naskah, jadwal tayang dan sejenisnya, saya diajari juga bagaimana menulis
naskah feature secara teknis, karena secara konten mereka sudah tahu saya telah
memahaminya.
Briefing penting sebelum memulai suatu proyek atau pekerjaan. [seattlechannel.org] |
"Nulis naskah feature itu
gampang kok, Sar," kata mereka. Tapi begitu saya tawari ke teman-teman
yang terbiasa menulis walau bukan nulis feature, maka satu per satu menyerah
dan bertumbangan, mereka juga tidak bisa memenuhi deadline yang diharapkan.
Hmmm jadi nulis naskah feature tidak
semudah yang dibayangkan dong yaa? Menurut saya tidak juga!. Jika teman-teman
bukan dari latar belakang Wartawan seperti saya, maka harus perbanyak latihan
dan terus latihan, banyak baca novel-novel yang gaya featurenya bernilai tinggi
macam novel-novel klasik Buya Hamka, Marah Rusli, Pramoedya Ananta Toer atau
untuk yang saat ini diantaranya Tere Liye, duet Hanum Rais dan suaminya Rangga,
Kang Abik dan sejenisnya.
Namun jika teman-teman dari latar
belakang Wartawan, maka harus sering liputan ke lapangan karena feature itu
hanya bisa dihasilkan dari banyaknya pengamatan di jalanan. Kata salah satu
Guru Jurnalistik saya sih, seorang Wartawan tidak akan bisa menghasilkan
tulisan feature kalau dia tidak sering liputan ke lapangan.
Usir jauh bad mood saat menulis. [medicalxpress.com] |
Lama menulis dan tingkat
kesulitannya pun tergantung dari tema dan konten cerita yang akan ditulis,
biasanya kesulitan terbesar ialah bagaimana menaklukkan mood kita sendiri. Mood
yang berubah-ubah, meski tidak selalu setiap waktu ialah wajar dialami.
Cara masing-masing orang mengatasi
mood jelek yang datang tanpa diundang pun berbeda-beda, ada yang tidur dulu,
ada yang jalan-jalan sebentar, namun jika tiba-tiba saya dilanda mood jelek dan
deadline tulisannya pada hari itu juga maka akan saya tetap paksakan menulis,
karena biasanya setelah itu kalimat demi kalimat pun akan mengalir dengan
sendirinya.
Tulisan feature biasanya berbentuk
narasi-deskriptif, memakai bahasa tutur,
tidak mesti runut dan mengikuti rumusan 5W+1H layaknya tulisan straight atau
hard news, lebih bersifat menghibur dan santai atau bahkan bisa sampai
mengaduk-aduk emosi pembacanya. Berikut ini contoh tulisan feature dari salah
satu naskah saya,
"Sahabat Ummat, Tahukah Anda
apa yang membuat banyak orang sampai rela mengantri panjang hanya untuk
mendapatkan Bubur Lambuk? Ternyata rahasia kelezatan Bubur Lambuk yang sudah
ada sejak tahun 1950 ini terletak pada bahan-bahan yang ada di dalamnya.
Racikan bumbu rempah Kayu Manis,
Kapulaga dan Jintan yang dipadu bersama Beras, Santan dan Daging Ayam membuat
Bubur Lambuk ini terasa begitu menggoda dan memberikan kehangatan untuk tubuh
Anda. Pantas saja jika Bubur ini menjadi makanan khas saat Bulan Ramadhan tiba
di Malaysia."
Terbayang tidak bagaimana lezatnya
Bubur Lambuk dalam pikiran teman-teman? Pasti jadi ingin mencicipi kan, hihi.
Contoh feature lainnya yang bisa
teman-teman baca ialah fiksi mini karya Riyunda Diaz Saputri yang saya kutip
dari Instagram tulis.me berikut,
Di Kamp Bureij, dia adalah anak yang
paling mudah dikenal karena mata kanannya yang tertutup perban. Umurnya tidak
lebih dari lima tahun, dan sesungguhnya dia anak yang tampan walau kenyataannya
dia lebih sering terlihat sedih. Aku bertemu dengannya setiap sore saat menjaga
antrian minum. Terseok-seok ia mendekatiku.
Siapapun yang membaca karya Riyunda
pasti akan iba atau trenyuh, hal ini karena karyanya yang tanpa perlu
memperlihatkan kesedihan berlebih. Selain itu, Riyunda juga memberikan gambaran
yang detail namun penting dalam ceritanya, diantaranya "mata kanannya yang
tertutup perban," dan "umurnya yang tidak lebih dari lima
tahun,". Sehingga tidak ada pemborosan kata.
Tidak berarti pula, feature harus
memakai kata-kata yang puitis layaknya puisi walau keduanya punya kesamaan
dapat memyentuh emosi pembacanya sendiri, namun pemilihan kata-kata dalam puisi
amatlah bebas, tidaklah mesti mengambil kata-kata yang dipahami.
Karya jenis feature mengajarkan para
penulis dan pembacanya agar lebih peka pada sekitarnya, dia dapat melembutkan
hati, mengajarkan banyak orang untuk berbagi, memberi hikmah, pelajaran moral
dan budi pekerti. Dari feature pula kita mengetahui jika kita tidak sendiri
menghadapi berbagai ujian dan merasakan kegembiraan dalam hidup ini.
0 komentar