Minimalisir Angka Perceraian dengan Menabung


Faktor ekonomi sebabkan perceraian.
[Sumber: ohioexecutivedivorce.com]
“Ekonomi Tak Mapan, Rumah Tangga Berantakan” begitu judul yang saya baca dari koran Kedaulatan Rakyat (KR) pada Senin siang, 02 April 2018 lalu, saat sedang menunggu panggilan petugas yang masih memproses tabungan saya di sebuah Bank Syariah.

Tergambar jelas kedua pasangan suami istri dengan wajah marah saling membelakangi sebagai ilustrasinya, lalu di bawahnya tersaji data-data perceraian di Kabupaten dan Kota. Siapa yang menyangka, perceraian marak terjadi di Yogyakarta, provinsi yang saya kenal dengan Indeks Pembangunan Manusianya peringkat satu se-Indonesia, dan faktor ekonomi lah salah satu penyebab tertingginya.

Siapa sangka perceraian marak terjadi di Jogja.
[Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Mundur pada tahun sebelumnya, beberapa media pernah memberitakan bahwa Pengadilan Agama (PA) di Cianjur, Jawa Barat, telah mencatat angka perceraian yang tinggi di wilayah tersebut. Sebagaimana dilansir finance.detik.com pada 18 Oktober 2017, pemicu utamanya karena faktor ekonomi yang berujung terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Begitu pula di daerah lainnya, bahkan merdeka.com pada 20 September 2016 mencatat sepanjang tahun 2010-2015 perceraian di Indonesia meningkat 15 sampai 20 persen dan faktor ekonomi menjadi empat penyebab terbesar perceraian yang terjadi.

Banyak hal yang membuat faktor ekonomi menjadi salah satu penyebab terbesar perceraian di Indonesia, salah satunya karena sang calon pencari nafkah masih belum punya pekerjaan, menggantungkan finansialnya pada orangtua dan orangtuanya berasal dari orang yang tak punya pula, fakta inilah yang kini marak terjadi di Kulonprogo, Yogyakarta.

Menabung bisa jadi salah satu solusi.
[Sumber: SlideTeam]
Tentu sebagai orangtua, calon orangtua ataupun calon pasangan yang ingin berumah tangga, kita tidak ingin hal tersebut terjadi bukan? Bagaimana pun, kita tetap ingin rumah tangga kita atau anak kita awet hingga maut memisahkan. Maka menabung bisa menjadi salah satu solusi untuk mencegah atau pun meminimalisir perceraian karena ekonomi tak mapan.

Aksi menabung ini bisa dimulai dari para orangtua. Para orangtua mesti mengampanyekan #AyoMenabung dan mengajari anak untuk selalu menyisihkan uangnya sejak dini. Tidak lupa agar para orangtua senantiasa mengingatkan anak agar tidak menghambur-hamburkan uang yang telah diberi, karena ajaran tersebut akan terus terbawa hingga mereka dewasa nanti.

Berkaca pada pengalaman sendiri, ibu adalah orang yang paling rajin mengingatkan saya untuk menyisihkan uang jajan, tidak hanya mengajari tapi ibu juga memberi teladan pada saya dan ketiga saudara saya lainnya dengan ikut menabung yang waktu itu masih di celengan.

Ajari anak menabung sejak dini.
[Sumber: radarbolmongonline.com]
Dari uang yang ditabungkan di celengan itulah akhirnya terkumpul sekitar tiga ratus ribu Rupiah, dan saya bisa membiayai sendiri Study Tour ke Yogyakarta sewaktu saya masih kelas tiga Madrasah Tsanawiyah.

Sedangkan untuk mereka yang belum menikah atau sedang merencanakan pernikahan, Psikolog Vequentina Puspa, M.Psi., Psikolog., mengatakan mempersiapkan finansial untuk peristiwa sakral ini maupun setelahnya menjadi cukup penting bagi kedua calon pasangan.

“Walau bukan dalam hal jumlahnya, namun utamanya adalah dalam memahami bagaimana pernikahan itu memerlukan pengelolaan finansial yang tepat. Bagaimana berbagi peran dalam kehidupan ekonomi keluarga itu merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih secara pribadi. Jadi bukan hanya terampil mencarinya, tetapi juga terampil dalam mengelolanya, sehingga rumah tangga yang dibangun dapat berjalan menempuh fase-fasenya tanpa mengalami tekor atau pailit,” terang Psikolog alumni Universitas Islam Indonesia Yogyakarta yang pernah menerima banyak kasus pasangan bermasalah ini saat saya wawancarai pada 17 Juli 2018.
Saya dan suami juga menabung lho.
[Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Ibarat mau terjun ke medan perang yang terlebih dulu harus latihan dan ada senjata, maka menabung masih merupakan cara paling tepat untuk mempersiapkan pernikahan. Lebih bagus lagi jika kita menabung sejak kita belum atau masih mencari calon pasangan, yaitu dengan menyisihkan 10 sampai 30 persen dari gaji yang ada. Seperti saya yang menyisihkan gaji dua juta Rupiah setiap bulannya untuk persiapan pernikahan saya.

Terkait menabung, ada kisah menarik yang saya dapatkan dari suami mengenai tetangga kami yang rajin sekali menabung hingga beliau meninggal. Kisahnya begini, tetangga yang kontrakannya hanya beda satu blok saja dari kami ini, mewariskan uang ratusan juta untuk anak cucunya. 

Karena semasa hidupnya, beliau selalu menyisihkan uang dari hasil pekerjaannya yang sudah puluhan tahun menjadi Tukang Parkir setiap harinya dan uang tersebut beliau tabung di Bank. Soal rumah tangga jangan ditanya, langgeng hingga maut memisahkan beliau dengan istrinya.

Tetangga kami tinggal di Gendingan.
[Sumber: Dokumentasi Pribadi]
Maka tidak ada alasan lagi untuk tidak menabung, apalagi sekarang juga sudah banyak Bank Konvensional maupun Bank Syariah yang menawarkan Tabungan Rencana atau Berjangka untuk mereka yang ingin merencanakan impian apa saja, mulai dari sekedar membeli hewan kurban hingga pernikahan.

Banyak sekali keuntungan yang akan kita dapatkan jika kita membuka tabungan rencana ini, diantaranya tabungan kita bisa diasuransikan oleh Bank, mendapat asuransi jiwa gratis, ada pula Bank yang membebaskan setoran administrasi bulanan, ada pula Bank yang membolehkan nasabahnya membuka lebih dari satu rekening tabungan.

LPS Tenang, Aman dan Pasti.
[Sumber: ekbis.sindonews.com]
Sebagai Nasabah pun, kita tidak perlu khawatir lagi apabila Bank tempat kita menabung bermasalah atau dilikuidasi, karena sudah ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). LPS ialah sebuah lembaga independen yang menjamin setiap simpanan nasabah Bank dalam bentuk tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan bentuk lain yang sejenis.

Tidak hanya menjamin simpanan nasabah bank konvensional saja, tetapi simpanan nasabah bank syariah yang berbentuk giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah dijamin LPS juga.

3T ala LPS
[Sumber: lps.go.id]
Kemudian nilai simpanan yang dijamin oleh LPS sampai 2 Milyar per nasabah! Kerennya lagi nih ya, nasabah tidak akan dikenakan biaya sepeser pun untuk jaminan simpanannya, karena Bank tempat nasabah menyimpan dana lah yang akan menanggung biayanya.

Mungkin solusi menabung terdengar simplifikasi, namun jika tidak dikelola secara hati-hati, maka masalah uang saja bisa menjadi faktor perceraian antara suami dan istri. Oleh karenanya, menabunglah dari jauh-jauh hari agar masalah uang tidak menjadi sumber perselisihan saat berumah tangga nanti.

Jadi apalah artinya tampang dan cinta, jikalau tabungan pun kita tak punya, karenanya ayo menabung agar masa depan rumah tangga lebih cerah dan anak-anak kita nantinya tidak terkatung-katung.

You Might Also Like

49 komentar

  1. Waw.. luar biasa ya dampak menabung 😍
    Menabung akhirat juga perlu nih, lewat sedekah. Hehehhee

    Artikelnya keren mb Sarah, jadi makin semangat nabung untuk masa depan 😄✊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setujuuuuu Aryuuuuu! Makin banyak sedekah malah makin banyak rezekinya yaaa jadi bisa buat nabung duniawi juga, hehe

      Hapus
  2. Masya Allah, cukup mencerahkan. dengan menabung menjadi salah satu solusi dari berbagai masalah. Bukan hanya meminimalisir angka perceraian, tapi menyegerakan dua insan bersegera ke KUA.

    #INSPIRATIF
    #MENABUNGPERLUDIAPLIKASIKANNIH

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi iyaa betuuullll, ibarat mau perang kudu ada persiapan logistik, maka menabung bisa jadi salah persiapan untuk menikah :D. Jazakillah khayran, Sahlunnn <3

      Hapus
  3. Namun kadang susah menabung juga krn gaji ngepas mb..
    Klo saya paling cari diskonan utk menyelamatkan dompet. Baru bisa nabung pas bulan puasa ada THR aja.. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, kalo gaji ngepas coba nabung emas mawon mba Muth, soalnya saya juga termasuk gaji yang ngepas tapi alhamdulillahnya biaya hidup di Jogja jauh lebih murah daripada di Jekardah :D. Nah kalau soal cari diskonan suami yang lebih jago dari saya

      Hapus
  4. sepakat mbak sarah, zaman now, yg realistis aja. perlu ada semacam gerakan menabung nih bagi pasutri. Dan sebagai catatan, walopun angka perceraian yg disebabkan faktor ekonomi ckp tinggi,banyak faktor lain seperti orientasi pernikahan, komitmen, komunikasi hingga gaya hidup bisa jd sebab perceraian.
    Ditunggu tulisan2 berikutnya ya mbak sarah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali bu, faktor ekonomi ini hanya salah satunya saja dan menabung juga salah satu solusinya selain para suami maupun calon suami wajib didorong, ditumbuhkan dan diberdayakan Qawwamahnya apalagi melihat angka kasus gugat cerai yang cukup tinggi juga di negeri kita. Terima kasih banyak komentarnya bu. InsyaaAllah akan ada tulisan berikutnya terkait soal pernikahan, keluarga dan parenting juga ^^

      Hapus
  5. Sepakat Mbak Sarah. Suami sy termasuk yg sdh mempersiapkan pernikahan semenjak masih kuliah. tabungannya dari hasil menerjemah bs membiayai mahar dan ubo rampe pernikahan.
    rasanya tentu lebih puas dan bahagia tidak begitu merepotkan orang tua.
    saya bertekad untuk mengajarkan anak2 menabung semenjak sekarang. terima kasih atas artikel yg mencerahkan ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahh masyaa Allah... Jadi kisah Fahri dalam novel Ayat-Ayat Cinta itu sebagian true storynya ustadz Abik saat masih kuliah di Al-Azhar njih, bu? :D.
      Betul bu, saya juga punyaa pengalaman sama, saya dan suami menabung untuk persiapan pernikahan dan alhamdulillah tidak terlalu merepotkan orangtua. Terima kasih untuk komentarnya, bu, semoga ajaran untuk selalu menabung ini bisa kita teruskan dari generasi ke generasi ya ^^

      Hapus
  6. Sejak kecil saya sudah memiliki kebiasaan menabung. Ketika menikah kami (saya dan suami) memiliki gaji yang hanya cukup untuk makan sehari-hari. Akan tetapi saya memiliki komitmen untuk menabung meskipun jumlahnya kecil.

    Selain menabung, saya dan suami memang memiliki komitmen untuk tidak berutang, bila tidak sangat terpaksa karena didesak sebuah kebutuhan.

    Paduan gemar menabung dan menghindari utang inilah membuat keuangan kami cukup aman. Kami menabung dalam bentuk simpanan di bank (hanya untuk menyimpan agar aman serta transaksi, bukan untuk mengambil bunga/jasanya) dan tabungan emas di pegadaian.

    Keuntungan menabung ini, kami rasakan ketika anak saya masuk PTN dengan biaya yang cukup besar. Bagi kami, menabung itu wajib. Menabung bukan monopoli orang kaya atau beruang. Menabung bisa dilakukan oleh orang yang memiliki utang sekalipun.

    Sepertinya, bila kondisi keuangan aman, maka tiap rumah juga aman dari percekcokan (hanya berlaku untuk keluarga yang lurus, hehe).

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bu Ima kereeeennnn!! Alhamdulillah ibu dan suami sudah bisa jadi contoh yang baik untuk keluarga dan masyarakat sekitar rumah ya :D. Alhamdulillahnya lagi sekarang menabung bisa dalam bentuk apa aja, termasuk tabungan emas, yang juga ikut dijamin sama LPS, insyaaAllah aman dan menenangkan ^^

      Hapus
  7. Copas komen seorang WargaNet Noeytizen1001 (https://twitter.com/noeytizen1001) via Twitter saat uni Fahira Idris memosting tulisan saya di Twitternya @fahiraidris : "Masuk akal dan perlu, dan pernah liat hasil2 dr menabung... Buat yg sdh punya pasangan... Pandai lah menabung, suatu saat tabungan itu bakal dibutuhkan ketika lg seret... Sehingga pertengkaran krn ekonomi nipis, bs sedikit dihindari.. 😁"

    BalasHapus
  8. Tulisan yg sgt bermanfaat. Jng lupa selesaikan deadline yg lain jg ya.

    BalasHapus
  9. Saya, kalau punya uang kembalian yang recehan, biasa aku tabungin untuk bayar parkir. Soalnya kalau di Makassar, hanpir tiap toko ada tukang parkirnya. :D

    Nice post Kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaahhh sungguh mulai sekali Dayat! Btw nabung dari sekarang ya, apalagi mahar di Makassar kan mahal, hehe

      Hapus
  10. inspiratif. cocok banget dibaca pemuda jaman now dan jaman sakmono.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asssiiiikkkk alhamdulillah ibu dan anak ikut komen. Terima kasih mas Rasyid! :D

      Hapus
  11. Ah menabung ya, menarik juga meski menurutku menabung itu kykny resmi banget gitu...knp aku lbh suka menyebut simpanan, menyimpan. Ah krn sku g prnh menabung. Gaji yg tersisa itulah yg tersimpan. Itu mah untuk uang. Kalo yg lain setuju aku. Menabunglah untuk akhiratmu....cie cie cie bs berupa apa pun...bs tenaga, ilmu, maupun uang kita. Yuk kampanyekan menabung untuk senjamu....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi... iya bu menabung itu kata lainnya dari menyimpan kalau menurut KBBI. Betuuulll bu menabung bisa dalam bentuk apa aja dan insyaa Allah semuanya akan jadi berkah kalau diniatkan untuk Allah semata :D. Matur sembanuwun sanget wa jazakillah khayrn komennya bu ^^

      Hapus
  12. Setuju banget! Artikel yg sangat inspiratif... bang bing bung, yuk kita nabung!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyaaakkk mba Klara kuuuhh <3
      Nabung yuuukk! ;D

      Hapus
  13. Walaupun perceraian tidak melulu terjadi karena masalah finansial, akan tetapi tulisan ini cukup menarik dan bermanfaat bagi mereka yang berencana membangun keluarga yang mapan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pak, banyak faktor yang bisa menyebabkan perceraian dan ternyata mempersiapkan finansial sejak sebeum berumah tangga (salah satunya dengan menabung) bisa menyelamatkan perkawinan. Terima kasih banyak Pak Firman! :D

      Hapus
  14. Menarik opini dan ulasannya. Memang, uang jadi salah satu pemicu perceraian. Punya uang = tidak bercerai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seram ya bu kalau uang bisa jadi salah satu pemicu perceraian. Semoga Allah menghindari rumah tangga kita dari hal tersebut dan senantiasa melimpahkan rezeki untuk keluarga kita apapun dan bagaimana pun kondisinya, aamiin...

      Matur sembanuwun sudah berkenan meninggalkan jejak di blog saya yang sederhana ini :')

      Hapus
  15. Alhamdulillah, bermanfaat sekali artikelnya Pengalaman pribadi sih memang betul bahwa keuangan itu sangat penting. Saya sendiri mengatur keuangan sangat ketat dan Alhamdulillah... aman untuk saat ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahh alhamdulillah banget sudah dikomen oleh salah satu pakar Ekonomi Islam :D. Menabung itu memang penting banget ya pak untuk segala situasi dan kondisi ^^. Jazakallah khayran wa hatur nuhun komennya, Pak Misno! :D

      Hapus
  16. Anis Malik Thoha25 Juli 2018 pukul 20.11

    Very inspiring, Sarah.

    BalasHapus
  17. Sedih ya jika perceraian terjadi karena alasan ekonomi, menabung itu pasti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mba Dwi Aprily! Wah sesama peserta lomba juga ya kita ini, hihi. Terima kasih banyak sudah mampir ke blog saya yang amat sederhana.

      Iya mba, sedih setiap baca pasangan yang bercerai karena faktor ekonomi, itulah kenapa berumah tangga juga perlu persiapan finansial juga dan ini yang saya rasakan kini ^^

      Hapus
  18. Saya pernah memiliki persepsi bahwa menabung adalah hal yang bertentangan dengan bersedekah. Sehingga saya menjadikan menabung bukan bagian dari hidup saya. Aplikasinya, saat saya dapat uang maka uang tersebut langsung dibelanjakan atau habis dalam waktu tertentu. Tabungan bisa dikatakan nol. Saat ini saya baru merasakan pentingnya menabung, yaitu saat berumah tangga. Di mana untuk momen hidup penting kita butuh persiapan keuangan yang cukup besar, seperti menghadapi kelahiran, aqiqah, tabungan sekolah anak, rencana memiliki tempat tinggal, rencana ibadah ke tanah suci, dll. Terlambat memang, namun tidak salah bagi saya baru memulai menabung sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget kak, tiada kata terlambat untuk menabung apalagi jika usia kita masih masuk kategori Pemuda dalam UU Pemuda :D. Terima kasih banyaaakk sudah tinggalkan jejak di sini kak!

      Hapus
  19. Komenku kok g nongol

    BalasHapus
    Balasan
    1. Qiqiqiqiq bu guru Ambaaaaarrrrr, itu komennya udah nongol di atass. Maaf yaaa saya lupa kalau Pengaturannya udah diubah xD

      Hapus
  20. Bagus mba sarah, barakallah..

    Ayo giat menabung untuk masa depan yang lebih baik, insyaa Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahh alhamdulillah sudah dikomen orang Ekonomi langsung. Jazakillah khayrn umm! :D

      Hapus
  21. Sangat bermanfaat, uni. Thanks for the article 😍👌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih baaanyaaaakkkk dek! 😍😍😍🙏🙏

      Hapus
  22. Secara personal saya melihat framing perceraian tinggi di bbrp daerah dgn ekonomi pertanian selalu disoroti, khususnya ketika musim paceklik. Padahal, ketika musim panen, pernikahan meningkat drastis.
    But Above all, tidak ada yg salah dgn menabung. Menabung adalah sesuatu yg baik dan sangat dianjurkan utk meningkatkan ketahanan keluarga, khususnya masalah finansial agar ketika hal2 tak terduga terjadi keluarga tetap sustain. Sustain disini dimaksudkan agar resilience atas uncertainty things tdk menggoyahkan keluarga dgn akhir perceraian. Oleh karena itu, mari menabung!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu bisa jadi salah satu faktor juga yang berkaitan dengan ekonomi ya, mas Jelang. Saya bahkan baru tau nih kalau perkawinan dan perceraian bisa tergantung dari musim ekonomi pertanian juga :D. Jazakallah khayran sudah berkenan meninggalkan jejak di blog saya yang sederhana ini

      Hapus
  23. mantap,,,, perceraian tak harus karena hanya segi finansial,, karena kita berdua satu tidak ada ada tangan lain ,, suami istri saling mengisi ,, dan top mbak sarah,,, ayo menabung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul bu. Finansial hanya salah satu faktor saja dari sekian banyak faktor perceraian. Pun menabung, sebagai salah satu solusi dari sekian banyak solusi yang ada.

      Matur sembanuwun sanget sampun berkenan meninggalkan jejak di blog saa yang masih sederhana niki njih bu 🙏

      Hapus
  24. Keren, Mbak Sarah.. sangat inspiratif bagi para jofisa, utk mempersiapkan rumah tangga yang kokoh dg persiapan finansial.. tabungan adalah reward masa depan atas ikhtiar mengendalikan needs or wants.. Bismillah,

    BalasHapus